Tinjauan ulang tentang atom dan molekul dalam kimia organik
A. STRUKTUR ELEKTRON DARI ATOM
Dalam Kimia Organik ada
4 unsur yang harus dimengerti atau dipahami diantaranaya adalah C (carbon), H
(Hidrogen), O (Oksigen) dan N (Nitrogen). Keempat unsur ini ada di kedua
periode pertama dari susunan dan elektronnya terdapat dalam dua kulit elektron
yang paling dekat dengan inti.
Setiap kulit elektron
berhubungan dengan sejumlah energi tertentu. Elektron yang paling dekat dengan
inti lebih tertarik oleh proton dalam inti daripada elektron yang lebih jauh
kedudukannya. Karena itu, semakin dekat elektron terdapat ke inti, semakin
rendah energinya, dan elektron ini sukar berpindah dalam reaksi kimia. Kulit
elektron yang terdekat ke inti adalah kulit yang terendah energinya, dan
elektron dalam kulit ini dikatakan berada pada tingkatan energi pertama.
Elektron dalam kulit kedua, yaitupada tingkat energi kedua mempunyai energi
yang lebih tinggi daripada elektron dalam tingkat pertama, dan elektron dalam
tingkat ketiga atau pada tingkat energi ketiga, mempunyai energi yang lebih
tinggi lagi.
Orbital
Atom
Orbital atom
merupakan bagian dari ruang di mana kebolehjadian ditemukannya sebuah elektron
dengan kadar energi yang khas (90% - 95%). Rapat elektron adalah istilah lain
yang digunakan untuk menggambarkan kebolehjadian ditemukannya sebuah elektron
pada titik tertentu; rapat elektron yang lebih tinggi, berarti kebolehjadiannya
lebih tinggi, sedangkan rapat elektron yang lebih rendah berarti
kebolehjadiannya juga rendah.
Kulit elektron pertama hanya
mengandung orbital bulat 1s. Kebolehjadian untuk menemukan elektron 1s adalah
tertinggi dalam bulatan ini. Kulit kedua, yang agak berjauhan dari inti
daripadakulit pertama, mengandung satu orbital 2s dan tiga orbital 2p. Orbital
2s seperti orbital 1s, adalah bulat.
B. JARI-JARI ATOM DAN
KEELEKTRONEGATIFAN
Panjang pendeknya jari-jari atom
tergantung pada jumlah kulit elektron dan muatan inti
atom. Makin banyak jumlah kulit elektron maka jari-jari atom
semakin panjang, dan bila jumlah kulit atom sama banyak maka yang
berpengaruh terhadap panjangnya jari-jari atom ialah muatan inti. Semakin
banyak muatan inti atom, makin besar gaya tarik inti atom terhadap elektronnya
sehingga elektron lebih dekat ke inti. Jadi, semakin banyak muatan
inti, maka semakin pendek jari-jari atomnya. Unsur-unsur yang segolongan,
dari atas ke bawah memiliki jari-jari atom yang semakin besar karena
jumlah kulit yang dimiliki atom semakin banyak.
Unsur-unsur yang seperiode,
dari kiri ke kanan jari-jari atomnya semakin kecil. Hal itu disebabkan
unsur-unsur yang seperiode dari kiri ke kanan memiliki jumlah kulit yang sama
tetapi muatan intinya semakin besar.
2. Energi ionisasi
Energi ionisasi adalah energi
minimum yang diperlukan atom untuk melepaskan satu elektron yang terikat paling
lemah dari suatu atom atau ion dalam wujud gas. Harga energi ionisasi
dipengaruhi oleh besarnya nomor atom dan ukuran jari-jari atom. Makin besar
jari-jari atom, maka gaya tarik inti terhadap elektron terluar makin lemah. Hal
itu berarti elektron terluar akan lebih mudah lepas, sehingga energi yang
diperlukan untuk melepaskan elektron terluar makin kecil. Energi ionisasi
pertama digunakan oleh suatu atom untuk melepaskan elektron kulit terluar,
sedangkan energi ionisasi kedua digunakan oleh suatu ion (ion +) untuk
melepaskan elektronnya yang terikat paling lemah.
Energi ionisasi unsur-unsur dalam
satu golongan dari atas ke bawah makin kecil, sedangkan unsur-unsur dalam satu
periode dari kiri ke kanan semakin besar.
3. Afinitas elektron
Afinitas elektron adalah besarnya
energi yang dihasilkan atau dilepaskan oleh atom netral dalam bentuk gas untuk
menangkap satu elektron sehingga membentuk ion negatif. Afinitas elektron dapat
digunakan sebagai ukuran mudah tidaknya suatu atom menangkap elektron. Afinitas
elektron dapat benilai negatif atau positif. Afinitas elektron bernilai negatif apabila
terjadi pelepasan energi pada saat menangkap elektron.
Sebaliknya, afinitas elektron berharga positif apabila
terjadi penyerapan energi pada saat menangkap elektron.
Semakin besar energi yang dilepas (afinitas elektron negatif), semakin besar
kecenderungan untuk mengikat elektron menjadi ion negatif.
Afinitas elektron unsur-unsur dalam
satu golongan dari atas ke bawah semakin kecil, sedangkan unsur-unsur dalam
satu periode dari kiri ke kanan semakin besar.
4. Keelektronegatifan
Keelektronegatifan adalah
kecenderungan suatu atom dalam menarik pasangan
elektron yang digunakan bersama
dalam membentuk ikatan. Semakin besar harga keelektronegatifan suatu atom, maka
semakin mudah menarik pasangan elektron untuk membentuk ikatan, atau gaya tarik
elektronnya makin kuat. Keelektronegatifan unsur ditentukan oleh muatan inti
dan jari-jari atomnya.
Keelektronegatifan unsur-unsur dalam
satu golongan dari atas ke bawah semakin kecil, sedangkan unsur-unsur dalam
satu periode dari kiri ke kanan semakin besar
C. PANJANG IKATAN DAN SUDUT IKATAN
1.
Atom Karbon
a.
Hibridisasi sp3
Atom
larbon memiliki dua orbital (2s dan 2p) untuk membentuk ikatan, artinya
jika bereaksi dengan hidrogen maka akan terbentuk dua ikatan C-H.
Faktanya, atom karbon membentuk empat ikatan C-H dan menghasilkan molekul
metana dengan bentuk bangun ruang tetrahedron. Linus Pauling (1931)
menjelaskan secara matematis bagaimana orbital s dan tiga orbital p
berkombinasi atau terhibridisasi membentuk empat orbital atom yang
ekuivalen dengan bentuk tetrahedral. Orbital yang berbentuk tetrahedral
disebut dengan
hibridisasi
sp3.
Pada
posisi tereksitasi, karbon memiliki empat elektron tak berpasangan dan
dapat membentuk empat ikatan dengan hidrogen. Meskipun membutuhkan energi
sebesar 96 kkal/mol untuk mengeksitasi satu elektronnya terlebih dahulu,
ikatan yang terbentuk dengan H (pada CH4) jauh lebih stabil dibandingkan
ikatan C-H pada
molekul
CH2. Ikatan C-H pd metana memiliki kekuatan ikatan 104
kkal/mol dengan panjang ikatan 1.10 A. sudut ikatan H-C-H sebesar 109.5
derajat.
b.
Hibridisasi sp2; Orbital dan Struktur Etilen
Ketika
kita membentuk orbital hibridisasi sp3 untuk menjelaskan ikatan dalam
metana, pertama kali yang dilakukan adalah mempromosikan satu elektron
dari orbital 2s ke excited state menghasilkan empat elektron tak
berpasangan. Hibridisasi sp2 terjadijika satu elektron tereksitasi ke orbital
p. Akibatnya, atom karbon yang terhibridisasi sp2 hanya dapat membentuk
tiga ikatan sigma dan satu ikatan pi. Ikatan pi terjadi sebagai akibat
dari tumpang tindih elektron pada orbital 2p-2p. Dua atom karbon sp2
dapat saling membentuk ikatan yang kuat, mereka membentuk ikatan sigma
melalui overlap orbital sp2-sp2. Kombinasi ikatan sigma sp2-sp2 dan ikatan
pi 2p-2p menghasilkan bentuk ikatan rangkap karbon-karbon. Bentuk bangun
ruang dari
ikatan
atom karbon yang terhibridisasi sp2 adalah trigonal planar.
c.
Hibridisasi sp
Atom
karbon memiliki kemampuan membentuk tiga macam ikatan, yaitu ikatan
tunggal, rangkap dua dan rangkap tiga. Asetilena, C2H2, contoh paling
sederhana dari ikatan karbon-karbon rangkap tiga. Di samping dapat
berkombinasi dengan dua atau tiga orbital p, hibrida orbital 2s juga dapat
berkombinasi dengan satu orbital p. Orbital sp memiliki bangun ruang
linear dengan sudut ikatan HC-C sebesar 180 derajat yang telah terverifikasi
dari hasil eksperimental. Panjang ikatan hidrogen-karbon sebesar 1.06A dan
panjang ikatan
karbon-karbon
adalah 1.20 A.
2.
Atom Nitrogen
Ikatan
kovalen tidak hanya terbentuk dalam senyawa karbon, tetapi juga dapat
dibentuk oleh
atom-atrom
lain.
Semua
ikatan kovalen yang dibentuk oleh unsur-unsur dalam tabel periodik dapat
dijelaskan
dengan orbital hibrida. Secara prinsip, pembentukan hibrida sama dengan
pada atom
karbon. Sudut
ikatan yang terbentuk adalah 107.3 derajat, mendekati sudut tetrahedral
(109.5 derajat).
Nitrogen memiliki
lima elektron pada kulit terluarnya.
3.
Atom Oksigen
Elektron
pada ground-state atom oksigen memiliki konfigurasi:
1s2
2s2 2px2 2py1 2pz1, dan oksigen merupakan atom divalen. Dengan melihat
konfigurasi elektronnya, dapat diprediksi bahwa oksigen mampu membentuk
dua ikatan sigma karena pada kulit terluarnya terdapat dua elektron tak
berpasangan (2py dan 2pz). Air adalah contoh senyawa yang mengandung
oksigen sp3.
sudut
ikatan yang terbentuk sebesar 104.5 derajat diperkirakan bahwa
orbital dengan pasangan elektron bebas menekan sudut ikatan
H-O-H, sehingga sudut yang terbentuk lebih kecil dari sudut ideal
(109.5derajat ), seperti halnya pasangan elektron bebas dalam ammonia
menekan sudut ikatan H-N-H.
4.
Ikatan Alkena
dengan
bahasa ikatan valensi, atom karbon terhibridisasi sp2 dan memiliki tiga
orbital hibrid yang ekuivalen. Sudut ikatan yang terbentuk adalah 120
derajat satu terhadap yang lainnya. Kedua, dengan bahasa
orbital molekul, interaksi antara orbital p memicu pembentukan
satu orbital ikatan dan satu orbital anti ikatan pi.
5.
Ikatan Alkuna
Ikatan
rangkap tiga dihasilkan dari interaksi karbon-karbon yang terhibridisasi
sp. Ketika dua atom karbon yang terhibridisasi sp saling berinteraksi maka
akan terbentuk satu ikatan σ dan dua ikatan π. Telah diketahui bahwa sudut
ikatan pada karbon yang terhibridisasi sp adalah 180 derajat, dengan
demikian, asetilena C2H2, adalah molekul linear dengan sudut ikatan H-C-C
sebesar 180 derajat.
D. ENERGI DISOSIASI
Energi disosiasi ikatan (BDE atau D0) adalah ukuran kekuatan dari suatu ikatan kimia. Hal ini dapat didefinisikan sebagai perubahan entalpi standar ketika suatu ikatan terbelah secara homolisis,[1] dengan reaktan dan produk reaksi homolisis pada 0 K (nol absolut). Misalnya, energi disosiasi ikatan untuk satu ikatan C–H dalam etana (C2H6) didefinisikan dari reaksi:
CH3CH2–H → CH3CH2• +
H•
D0 = ΔH =
101.1 kkal/mol = 423.0 kJ/mol = 4.40 eV (per ikatan)n terkadang disebut sebagai entalpi
disosiasi ikatan (atau entalpi ikatan), namun istilah ini mungkin
tidak sepenuhnya setara. Entalpi disosiasi ikatan biasanya merujuk pada
entalpi reaksi di atas pada 298 K (kondisi
standar) dan bukan pada 0 K, serta berbeda dengan D0
sekitar 1.5 kkal/mol (6 kJ/mol) dalam hal satu ikatan pada hidrogen
dalam suatu molekul organik besar.[2] Namun demikian, istilah energi
disosiasi ikatan dan simbol D0 telah digunakan untuk
entalpi reaksi pada 298 K pula.[3]
Energi ikatan
Kecuali molekul diatomik,
energi disosiasi ikatan berbeda dari energi ikatan. Sementara energi disosiasi
ikatan adalah energi dari satu ikatan kimia, energi ikatan adalah rata-rata semua
energi ikatan dari seluruh ikatan dalam molekul.[4]Misalnya, disosiasi ikatan HO–H dari molekul air (H2O) membutuhkan 493.4 kJ/mol. Disosiasi radikal hidroksil yang tersisa memerlukan 424.4 kJ/mol. Energi ikatan pada ikatan kovalen O–H dalam air dikatakan sebesar 458.9 kJ/mol, rata-rata dari nilai tersebut.[5]
Dengan cara yang sama untuk menghilangkan atom hidrogen berturut-turut dari metana maka energi disosiasi ikatannya adalah 104 kkal/mol (435 kJ/mol) untuk D(CH3–H), 106 kkal/mol (444 kJ/mol) untuk D(CH2–H), 106 kkal/mol (444 kJ/mol) untuk D(CH–H) dan terakhir 81 kkal/mol (339 kJ/mol) untuk D(C–H). Energi ikatan, maka, adalah sebesar 99 kkal/mol atau 414 kJ/mol (rerata energi disosiasi ikatan). Tak satu pun dari energi disosiasi ikatan individu yang sama dengan energi ikatan 99 kkal/mol.
Mengikuti disosiasi, jika ikatan baru dari energi disosiasi ikatan yang besar terbentuk, produk ini memiliki entalpi lebih rendah, terdapat kehilangan energi, dan karenanya proses secara keseluruhan bersifat eksotermik. Secara khusus, konversi ikatan rangkap dua yang lemah dalam O2 menjadi ikatan yang lebih kuat dalam CO2 dan H2O membuat pembakaran bersifat eksotermik.[6]
Disosiasi homolitik
versus heterolitik
Ikatan dapat dipecah simetris atau asimetris. Yang pertama disebut homolisis
dan merupakan dasar bagi BDEs yang umum. Skema asimetris suatu ikatan disebut
heterolisis. Untuk hidrogen molekuler, alternatifnya adalah:
H2 → 2 H•
ΔH = 104 kkal/mol (lihat tabel di bawah)
H2 → H+ + H−
ΔH = 66 kkal/mol (dalam air)
Ikatan
|
Ikatan
|
Energi disosiasi
ikatan pada 298 K
|
Keterangan
|
||
(kkal/mol)
|
(kJ/mol)
|
(eV/Ikatan)
|
|||
C–C
|
83–85
|
347–356
|
3.60–3.69
|
Kuat, namun lebih
lemah dari ikatan C–H
|
|
Cl–Cl
|
58
|
242
|
2.51
|
Diindikasikan
dengan warna kekuningan dari gas ini
|
|
Br–Br
|
46
|
192
|
1.99
|
Diindikasikan
dengan warna kecoklatan dari Br2
Sumber radikal Br• |
|
I–I
|
36
|
151
|
1.57
|
Diindikasikan
dengan warna keunguan dari I2
Sumber radikal I• |
|
H–H
|
104
|
436
|
4.52
|
Kuat, ikatan
takterpolarisasi
Dibelah hanya oleh logam dan oleh oksidan kuat |
|
O–H
|
110
|
460
|
4.77
|
Agak kuat dibanding
ikatan C–H
|
|
OH–H
|
64
|
268
|
2.78
|
Jauh lebih lemah
dari ikatan C–H
|
|
C–O
|
257
|
1077
|
11.16
|
Jauh lebih kuat
dari ikatan C–H
|
|
O–CO
|
127
|
532
|
5.51
|
Agak lebih kuat
dari ikatan C–H
|
|
O=O
|
119
|
498
|
5.15
|
Lebih kuat dari
ikatan tunggal
Lebih lemah dari banyak ikatan rangkap dua lainnya |
|
N≡N
|
226
|
945
|
9.79
|
Ikatan
|
Ikatan
|
Energi disosiasi
ikatan pada 298 K
|
Keterangan
|
||
(kkal/mol)
|
(kJ/mol)
|
(eV/Ikatan)
|
|||
H3C–H
|
Ikatan metil C–H
|
105
|
439
|
4.550
|
Salah satu ikatan
alifatik C–H terkuat
|
C2H5–H
|
Ikatan etil C–H
|
101
|
423
|
4.384
|
Agak lemah
dibanding H3C–H
|
(CH3)3C–H
|
Ikatan C–H tersier
|
96.5
|
404
|
4.187
|
Radikal tersier
terstabilkan
|
(CH3)2NCH2–H
|
Ikatan C–H α pada
amina
|
380.7
|
Heteroatom dengan
pasangan elektron sunyi-melemahkan ikatan C-H
|
||
(CH2)3OCH–H
|
Ikatan C–H α pada
eter
|
385.3
|
Heteroatom dengan
pasangan elektron sunyi-melemahkan ikatan C-H
THF cenderung membentuk hidroperoksida |
||
CH2CH–H
|
Ikatan C–H vinil
|
111
|
464
|
4.809
|
Radikal vinil
jarang
|
HC2–H
|
Ikatan C–H asetilenik
|
133
|
556
|
5.763
|
Radikal asetilenik
sangat jarang
|
C6H5–H
|
Ikatan C–H fenil
|
113
|
473
|
4.902
|
Dapat dibandingkan
dengan radikal vinil, jarang
|
CH2CHCH2–H
|
Ikatan C–H alilik
|
89
|
372
|
3.856
|
Ikatan tersebut
menunjukkan kenaikan reaktivitas
|
C6H5CH2–H
|
Ikatan C–H benzilik
|
90
|
377
|
3.907
|
Ikatan C–H akin
hingga alilik
Ikatan tersebut menunjukkan kenaikan reaktivitas |
H3C–CH3
|
Ikatan C–C alkana
|
83–85
|
347–356
|
3.596-3.690
|
Lebih lemah dari
ikatan C–H
|
H2C=CH2
|
Ikatan C=C alkena
|
146–151
|
611–632
|
6.333-6.550
|
Sekitar 2× lebih
kuat dari ikatan tunggal C–C
|
HC≡CH
|
Ikatan rangkap tiga
C≡C alkuna
|
200
|
837
|
8.675
|
Sekitar 2.5× lebih
kuat dari ikatan tunggal C–C
|
E. Konsep Asam dan Basa dalam kimia organik
Definisi, Ciri - Ciri dan Konsep Para Ahli Mengenai Asam Basa.
Pengertian asam dan basa dibagi menjadi tiga oleh para ahli kimia:
Menurut
Arrhennius
Menurut Arrhennius, asam adalah senyawa yang apabila dilarutkan dalam air akan melepaskan ion H+, sedangkan basa adalah senyawa yang apabila dilarutkan dalam air akan melepaskan ion OH-. Konsep ini hanya dapat diterapkan pada senyawa yang larut dalam air sehingga dikembangkan lagi konsep yang dapat digunakan untuk senyawa yang tidak larut dalam air. Contoh asam menurut Arrhennius
Dari definisi Arrhenius, asam dan basa masing - masing dibagi dua:
- Asam kuat, yaitu asam yang terdisosiasi sempurna di dalam air dan memiliki nilai derajat disosiasi = 1. Contoh asam kuat adalah HCl (Asam Klorida), HNO3 (Asam Nitrat / Asam Sendawa), H2SO4 (Asam Sulfat), HBr (Asam Bromida), HI (Asam Iodida), dan HClO4 (Asam Perklorat).
- Asam lemah, yaitu asam yang tidak terdisosiasi sempurna di dalam air dan memiliki nilai derajat disosiasi < 1. Contoh asam lemah adalah HNO2 (Asam Nitrit), CH3COOH (Asam Asetat / Asam Cuka), HCOOH (Asam Format / Asam Semut), H2C2O4 (Asam Oksalat), H2S (Asam Sulfida), H2SO3 (Asam Sulfit), dan masih banyak lagi.
- Basa kuat, yaitu basa yang terdisosiasi sempurna di dalam air dan memiliki nilai derajat disosiasi = 1. Contoh basa kuat adalah KOH (Kalium Hidroksida) dan NaOH (Natrium Hidroksida / Soda Kaustik).
- Basa lemah, yaitu basa yang tidak terdisosiasi sempurna di dalam air dan memiliki nilai derajat disosiasi < 1. Contoh basa lemah adalah Fe(OH)2 (Besi (II) Hidroksida), Fe(OH)3 (Besi (III) Hidroksida), Al(OH)3 (Alumunium Hidroksida) dan sebagainya.
Kelemahan
Konsep Arrhennius ialah, bahwa konsep ini hanya dapat digunakan pada zat - zat
yang memiliki ion H+ dan OH- saja, sedangkan zat - zat organik dan tidak larut
dalam air tidak dapat ditentukan sifat keasaman atau kebasaannya,
Menurut
Brownstead - Lowry
Menurut Brownstead – Lowry, asam adalah senyawa yang mendonorkan proton (H+) sedangkan basa adalah senyawa yang menerima donor proton (H+) dari asam. Konsep ini banyak digunakan dalam reaksi - reaksi senyawa organik karena cocok untuk senyawa yang tidak memiliki H+ dan OH- dan juga tidak larut dalam air.
Menurut Lewis
Menurut Lewis, asam adalah senyawa yang menerima pasangan elektron dari basa, sedangkan basa adalah senyawa yang mendonorkan pasangan elektron kepada asam. Konsep ini dikembangkan oleh Lewis berdasarkan struktur ikatan kimia, dimana setiap atom dapat membentuk ikatan kimia berdasarkan valensi yang dimilikinya. Valensi adalah jumlah ikatan maksimum yang dapat dibentuk oleh suatu atom.Contoh asam menurut Lewis adalah AlCl3 dan HCl sedangkan contoh basa menurut Lewis adalah NH3. Catatan : Konsep Lewis banyak diaplikasikan di dalam konsep Kimia Organik
Dalam konsep
asam dan basa, dikenal senyawa amfoter yaitu senyawa yang dapat bertindak
sebagai asam namun dapat juga bertindak sebagai basa. Contoh senyawa amfoter
adalah air (H2O), Asam Amino, Asam Borat (H3BO3), dan Alumunium Hidroksida
(Al(OH)3). Untuk mempelajari lebih lanjut baca juga postingan Senyawa Oksida Asam dan Oksida
Basa.
Sifat Asam
Dari uraian
mengenai asam yang telah dijelaskan di atas, sekarang kita akan membahas
mengenai sifat asam dilihat dari sifat fisika maupun sifat kimia.
Sifat Kimia Asam
Menurut penjelasan Arrhennius, jelas bahwa asam akan melepaskan kation Hidrogen (H+) jika terurai di dalam air, sedangkan menurut Brownstead - Lowry asam merupakan zat yang di dalam reaksinya akan mendonorkan proton (dalam hal ini akan mendonorkan kation). Sedangkan menurut Lewis, asam akan menerima pasangan elektron bebas yang diberikan oleh basa. Nah selain sifat - sifat di atas, asam juga dapat merubah warna lakmus biru menjadi merah dan merubah warna indikator pH seperti indikator PP dari merah (basa) menjadi tak berwarna (asam). Larutan asam apabila dicek menggunakan pH universal atau pH meter akan menunjukkan angka < 7, dimana semakin mendekati 0 maka konsentrasi dan kekuatan asam semakin kuat.
Sifat Fisika Asam
Ditinjau dari sifat fisika, asam memang terasa masam walaupun tidak semua asam dapat dicicipi. Semua asam - asam mineral bersifat korosif, yaitu mampu merusak dan dapat melarutkan permukaan logam dan lapisan kulit jika terkena kontak langsung. Inilah alasan mengapa asam akan menimbulkan sensasi tajam dan panas jika terkena kulit.
Sifat Basa
Sifat Kimia Basa
Bisa dibilang basa adalah kebalikan dari asam. Basa, menurut Arrhennius, adalah zat yang akan membebaskan anion Hidroksida (OH-) jika dilarutkan di dalam air. Sedangkan menurut Brownstead - Lowry, basa adalah zat yang akan menerima donor proton (H+) dari asam, dan menurut Lewis basa akan mendonorkan pasangan elektron bebas kepada asam. Basa dapat menetralkan asam membentuk garam dan air. Larutan basa dapat merubah warna lakmus merah menjadi biru dan dapat merubah warna indikator PP dari tak berwarna (asam) menjadi merah (basa).
Sifat Fisika Basa
Dilihat dari sifat fisikanya, basa memiliki rasa pahit walaupun basa tidak boleh dicicipi. Semua basa yang belum dibuat menjadi larutannya akan berbentuk padatan, kecuali NH4OH yang dari awal sudah berbentuk cairan. Jika kontak dengan kulit, basa akan terasa licin dan beberapa basa seperti NaOH dan KOH dapat menyebabkan iritasi dan gatal - gatal pada kulit. Basa juga sangat berbahaya bila kontak dengan selaput lendir seperti mata.
TINJAUAN ULANG TENTANG ATOM DAN MOLEKUL DALAM KIMIA
ORGANIK
A. STRUKTUR ELEKTRON DARI ATOM
Dalam Kimia Organik ada
4 unsur yang harus dimengerti atau dipahami diantaranaya adalah C (carbon), H
(Hidrogen), O (Oksigen) dan N (Nitrogen). Keempat unsur ini ada di kedua
periode pertama dari susunan dan elektronnya terdapat dalam dua kulit elektron
yang paling dekat dengan inti.
Setiap kulit elektron
berhubungan dengan sejumlah energi tertentu. Elektron yang paling dekat dengan
inti lebih tertarik oleh proton dalam inti daripada elektron yang lebih jauh
kedudukannya. Karena itu, semakin dekat elektron terdapat ke inti, semakin
rendah energinya, dan elektron ini sukar berpindah dalam reaksi kimia. Kulit
elektron yang terdekat ke inti adalah kulit yang terendah energinya, dan
elektron dalam kulit ini dikatakan berada pada tingkatan energi pertama.
Elektron dalam kulit kedua, yaitupada tingkat energi kedua mempunyai energi
yang lebih tinggi daripada elektron dalam tingkat pertama, dan elektron dalam
tingkat ketiga atau pada tingkat energi ketiga, mempunyai energi yang lebih
tinggi lagi.
Orbital
Atom
Orbital atom
merupakan bagian dari ruang di mana kebolehjadian ditemukannya sebuah elektron
dengan kadar energi yang khas (90% - 95%). Rapat elektron adalah istilah lain
yang digunakan untuk menggambarkan kebolehjadian ditemukannya sebuah elektron
pada titik tertentu; rapat elektron yang lebih tinggi, berarti kebolehjadiannya
lebih tinggi, sedangkan rapat elektron yang lebih rendah berarti
kebolehjadiannya juga rendah.
Kulit elektron pertama hanya
mengandung orbital bulat 1s. Kebolehjadian untuk menemukan elektron 1s adalah
tertinggi dalam bulatan ini. Kulit kedua, yang agak berjauhan dari inti
daripadakulit pertama, mengandung satu orbital 2s dan tiga orbital 2p. Orbital
2s seperti orbital 1s, adalah bulat.
B. JARI-JARI ATOM DAN
KEELEKTRONEGATIFAN
Panjang pendeknya jari-jari atom
tergantung pada jumlah kulit elektron dan muatan inti
atom. Makin banyak jumlah kulit elektron maka jari-jari atom
semakin panjang, dan bila jumlah kulit atom sama banyak maka yang
berpengaruh terhadap panjangnya jari-jari atom ialah muatan inti. Semakin
banyak muatan inti atom, makin besar gaya tarik inti atom terhadap elektronnya
sehingga elektron lebih dekat ke inti. Jadi, semakin banyak muatan
inti, maka semakin pendek jari-jari atomnya. Unsur-unsur yang segolongan,
dari atas ke bawah memiliki jari-jari atom yang semakin besar karena
jumlah kulit yang dimiliki atom semakin banyak.
Unsur-unsur yang seperiode,
dari kiri ke kanan jari-jari atomnya semakin kecil. Hal itu disebabkan
unsur-unsur yang seperiode dari kiri ke kanan memiliki jumlah kulit yang sama
tetapi muatan intinya semakin besar.
2. Energi ionisasi
Energi ionisasi adalah energi
minimum yang diperlukan atom untuk melepaskan satu elektron yang terikat paling
lemah dari suatu atom atau ion dalam wujud gas. Harga energi ionisasi
dipengaruhi oleh besarnya nomor atom dan ukuran jari-jari atom. Makin besar
jari-jari atom, maka gaya tarik inti terhadap elektron terluar makin lemah. Hal
itu berarti elektron terluar akan lebih mudah lepas, sehingga energi yang
diperlukan untuk melepaskan elektron terluar makin kecil. Energi ionisasi
pertama digunakan oleh suatu atom untuk melepaskan elektron kulit terluar,
sedangkan energi ionisasi kedua digunakan oleh suatu ion (ion +) untuk
melepaskan elektronnya yang terikat paling lemah.
Energi ionisasi unsur-unsur dalam
satu golongan dari atas ke bawah makin kecil, sedangkan unsur-unsur dalam satu
periode dari kiri ke kanan semakin besar.
3. Afinitas elektron
Afinitas elektron adalah besarnya
energi yang dihasilkan atau dilepaskan oleh atom netral dalam bentuk gas untuk
menangkap satu elektron sehingga membentuk ion negatif. Afinitas elektron dapat
digunakan sebagai ukuran mudah tidaknya suatu atom menangkap elektron. Afinitas
elektron dapat benilai negatif atau positif. Afinitas elektron bernilai negatif apabila
terjadi pelepasan energi pada saat menangkap elektron.
Sebaliknya, afinitas elektron berharga positif apabila
terjadi penyerapan energi pada saat menangkap elektron.
Semakin besar energi yang dilepas (afinitas elektron negatif), semakin besar
kecenderungan untuk mengikat elektron menjadi ion negatif.
Afinitas elektron unsur-unsur dalam
satu golongan dari atas ke bawah semakin kecil, sedangkan unsur-unsur dalam
satu periode dari kiri ke kanan semakin besar.
4. Keelektronegatifan
Keelektronegatifan adalah
kecenderungan suatu atom dalam menarik pasangan
elektron yang digunakan bersama
dalam membentuk ikatan. Semakin besar harga keelektronegatifan suatu atom, maka
semakin mudah menarik pasangan elektron untuk membentuk ikatan, atau gaya tarik
elektronnya makin kuat. Keelektronegatifan unsur ditentukan oleh muatan inti
dan jari-jari atomnya.
Keelektronegatifan unsur-unsur dalam
satu golongan dari atas ke bawah semakin kecil, sedangkan unsur-unsur dalam
satu periode dari kiri ke kanan semakin besar
C. PANJANG IKATAN DAN SUDUT IKATAN
1.
Atom Karbon
a.
Hibridisasi sp3
Atom
larbon memiliki dua orbital (2s dan 2p) untuk membentuk ikatan, artinya
jika bereaksi dengan hidrogen maka akan terbentuk dua ikatan C-H.
Faktanya, atom karbon membentuk empat ikatan C-H dan menghasilkan molekul
metana dengan bentuk bangun ruang tetrahedron. Linus Pauling (1931)
menjelaskan secara matematis bagaimana orbital s dan tiga orbital p
berkombinasi atau terhibridisasi membentuk empat orbital atom yang
ekuivalen dengan bentuk tetrahedral. Orbital yang berbentuk tetrahedral
disebut dengan
hibridisasi
sp3.
Pada
posisi tereksitasi, karbon memiliki empat elektron tak berpasangan dan
dapat membentuk empat ikatan dengan hidrogen. Meskipun membutuhkan energi
sebesar 96 kkal/mol untuk mengeksitasi satu elektronnya terlebih dahulu,
ikatan yang terbentuk dengan H (pada CH4) jauh lebih stabil dibandingkan
ikatan C-H pada
molekul
CH2. Ikatan C-H pd metana memiliki kekuatan ikatan 104
kkal/mol dengan panjang ikatan 1.10 A. sudut ikatan H-C-H sebesar 109.5
derajat.
b.
Hibridisasi sp2; Orbital dan Struktur Etilen
Ketika
kita membentuk orbital hibridisasi sp3 untuk menjelaskan ikatan dalam
metana, pertama kali yang dilakukan adalah mempromosikan satu elektron
dari orbital 2s ke excited state menghasilkan empat elektron tak
berpasangan. Hibridisasi sp2 terjadijika satu elektron tereksitasi ke orbital
p. Akibatnya, atom karbon yang terhibridisasi sp2 hanya dapat membentuk
tiga ikatan sigma dan satu ikatan pi. Ikatan pi terjadi sebagai akibat
dari tumpang tindih elektron pada orbital 2p-2p. Dua atom karbon sp2
dapat saling membentuk ikatan yang kuat, mereka membentuk ikatan sigma
melalui overlap orbital sp2-sp2. Kombinasi ikatan sigma sp2-sp2 dan ikatan
pi 2p-2p menghasilkan bentuk ikatan rangkap karbon-karbon. Bentuk bangun
ruang dari
ikatan
atom karbon yang terhibridisasi sp2 adalah trigonal planar.
c.
Hibridisasi sp
Atom
karbon memiliki kemampuan membentuk tiga macam ikatan, yaitu ikatan
tunggal, rangkap dua dan rangkap tiga. Asetilena, C2H2, contoh paling
sederhana dari ikatan karbon-karbon rangkap tiga. Di samping dapat
berkombinasi dengan dua atau tiga orbital p, hibrida orbital 2s juga dapat
berkombinasi dengan satu orbital p. Orbital sp memiliki bangun ruang
linear dengan sudut ikatan HC-C sebesar 180 derajat yang telah terverifikasi
dari hasil eksperimental. Panjang ikatan hidrogen-karbon sebesar 1.06A dan
panjang ikatan
karbon-karbon
adalah 1.20 A.
2.
Atom Nitrogen
Ikatan
kovalen tidak hanya terbentuk dalam senyawa karbon, tetapi juga dapat
dibentuk oleh
atom-atrom
lain.
Semua
ikatan kovalen yang dibentuk oleh unsur-unsur dalam tabel periodik dapat
dijelaskan
dengan orbital hibrida. Secara prinsip, pembentukan hibrida sama dengan
pada atom
karbon. Sudut
ikatan yang terbentuk adalah 107.3 derajat, mendekati sudut tetrahedral
(109.5 derajat).
Nitrogen memiliki
lima elektron pada kulit terluarnya.
3.
Atom Oksigen
Elektron
pada ground-state atom oksigen memiliki konfigurasi:
1s2
2s2 2px2 2py1 2pz1, dan oksigen merupakan atom divalen. Dengan melihat
konfigurasi elektronnya, dapat diprediksi bahwa oksigen mampu membentuk
dua ikatan sigma karena pada kulit terluarnya terdapat dua elektron tak
berpasangan (2py dan 2pz). Air adalah contoh senyawa yang mengandung
oksigen sp3.
sudut
ikatan yang terbentuk sebesar 104.5 derajat diperkirakan bahwa
orbital dengan pasangan elektron bebas menekan sudut ikatan
H-O-H, sehingga sudut yang terbentuk lebih kecil dari sudut ideal
(109.5derajat ), seperti halnya pasangan elektron bebas dalam ammonia
menekan sudut ikatan H-N-H.
4.
Ikatan Alkena
dengan
bahasa ikatan valensi, atom karbon terhibridisasi sp2 dan memiliki tiga
orbital hibrid yang ekuivalen. Sudut ikatan yang terbentuk adalah 120
derajat satu terhadap yang lainnya. Kedua, dengan bahasa
orbital molekul, interaksi antara orbital p memicu pembentukan
satu orbital ikatan dan satu orbital anti ikatan pi.
5.
Ikatan Alkuna
Ikatan
rangkap tiga dihasilkan dari interaksi karbon-karbon yang terhibridisasi
sp. Ketika dua atom karbon yang terhibridisasi sp saling berinteraksi maka
akan terbentuk satu ikatan σ dan dua ikatan π. Telah diketahui bahwa sudut
ikatan pada karbon yang terhibridisasi sp adalah 180 derajat, dengan
demikian, asetilena C2H2, adalah molekul linear dengan sudut ikatan H-C-C
sebesar 180 derajat.

D. ENERDI DISOSIASI
Energi disosiasi ikatan (BDE atau D0) adalah ukuran kekuatan dari suatu ikatan kimia. Hal ini dapat didefinisikan sebagai perubahan entalpi standar ketika suatu ikatan terbelah secara homolisis,[1] dengan reaktan dan produk reaksi homolisis pada 0 K (nol absolut). Misalnya, energi disosiasi ikatan untuk satu ikatan C–H dalam etana (C2H6) didefinisikan dari reaksi:
CH3CH2–H → CH3CH2• +
H•
D0 = ΔH =
101.1 kkal/mol = 423.0 kJ/mol = 4.40 eV (per ikatan)n terkadang disebut sebagai entalpi
disosiasi ikatan (atau entalpi ikatan), namun istilah ini mungkin
tidak sepenuhnya setara. Entalpi disosiasi ikatan biasanya merujuk pada
entalpi reaksi di atas pada 298 K (kondisi
standar) dan bukan pada 0 K, serta berbeda dengan D0
sekitar 1.5 kkal/mol (6 kJ/mol) dalam hal satu ikatan pada hidrogen
dalam suatu molekul organik besar.[2] Namun demikian, istilah energi
disosiasi ikatan dan simbol D0 telah digunakan untuk
entalpi reaksi pada 298 K pula.[3]
Energi ikatan
Kecuali molekul diatomik,
energi disosiasi ikatan berbeda dari energi ikatan. Sementara energi disosiasi
ikatan adalah energi dari satu ikatan kimia, energi ikatan adalah rata-rata semua
energi ikatan dari seluruh ikatan dalam molekul.[4]Misalnya, disosiasi ikatan HO–H dari molekul air (H2O) membutuhkan 493.4 kJ/mol. Disosiasi radikal hidroksil yang tersisa memerlukan 424.4 kJ/mol. Energi ikatan pada ikatan kovalen O–H dalam air dikatakan sebesar 458.9 kJ/mol, rata-rata dari nilai tersebut.[5]
Dengan cara yang sama untuk menghilangkan atom hidrogen berturut-turut dari metana maka energi disosiasi ikatannya adalah 104 kkal/mol (435 kJ/mol) untuk D(CH3–H), 106 kkal/mol (444 kJ/mol) untuk D(CH2–H), 106 kkal/mol (444 kJ/mol) untuk D(CH–H) dan terakhir 81 kkal/mol (339 kJ/mol) untuk D(C–H). Energi ikatan, maka, adalah sebesar 99 kkal/mol atau 414 kJ/mol (rerata energi disosiasi ikatan). Tak satu pun dari energi disosiasi ikatan individu yang sama dengan energi ikatan 99 kkal/mol.
Mengikuti disosiasi, jika ikatan baru dari energi disosiasi ikatan yang besar terbentuk, produk ini memiliki entalpi lebih rendah, terdapat kehilangan energi, dan karenanya proses secara keseluruhan bersifat eksotermik. Secara khusus, konversi ikatan rangkap dua yang lemah dalam O2 menjadi ikatan yang lebih kuat dalam CO2 dan H2O membuat pembakaran bersifat eksotermik.[6]
Disosiasi homolitik
versus heterolitik
Ikatan dapat dipecah simetris atau asimetris. Yang pertama disebut homolisis
dan merupakan dasar bagi BDEs yang umum. Skema asimetris suatu ikatan disebut
heterolisis. Untuk hidrogen molekuler, alternatifnya adalah:
H2 → 2 H•
ΔH = 104 kkal/mol (lihat tabel di bawah)
H2 → H+ + H−
ΔH = 66 kkal/mol (dalam air)
Ikatan
|
Ikatan
|
Energi disosiasi
ikatan pada 298 K
|
Keterangan
|
||
(kkal/mol)
|
(kJ/mol)
|
(eV/Ikatan)
|
|||
C–C
|
83–85
|
347–356
|
3.60–3.69
|
Kuat, namun lebih
lemah dari ikatan C–H
|
|
Cl–Cl
|
58
|
242
|
2.51
|
Diindikasikan
dengan warna kekuningan dari gas ini
|
|
Br–Br
|
46
|
192
|
1.99
|
Diindikasikan
dengan warna kecoklatan dari Br2
Sumber radikal Br• |
|
I–I
|
36
|
151
|
1.57
|
Diindikasikan
dengan warna keunguan dari I2
Sumber radikal I• |
|
H–H
|
104
|
436
|
4.52
|
Kuat, ikatan
takterpolarisasi
Dibelah hanya oleh logam dan oleh oksidan kuat |
|
O–H
|
110
|
460
|
4.77
|
Agak kuat dibanding
ikatan C–H
|
|
OH–H
|
64
|
268
|
2.78
|
Jauh lebih lemah
dari ikatan C–H
|
|
C–O
|
257
|
1077
|
11.16
|
Jauh lebih kuat
dari ikatan C–H
|
|
O–CO
|
127
|
532
|
5.51
|
Agak lebih kuat
dari ikatan C–H
|
|
O=O
|
119
|
498
|
5.15
|
Lebih kuat dari
ikatan tunggal
Lebih lemah dari banyak ikatan rangkap dua lainnya |
|
N≡N
|
226
|
945
|
9.79
|
Ikatan
|
Ikatan
|
Energi disosiasi
ikatan pada 298 K
|
Keterangan
|
||
(kkal/mol)
|
(kJ/mol)
|
(eV/Ikatan)
|
|||
H3C–H
|
Ikatan metil C–H
|
105
|
439
|
4.550
|
Salah satu ikatan
alifatik C–H terkuat
|
C2H5–H
|
Ikatan etil C–H
|
101
|
423
|
4.384
|
Agak lemah
dibanding H3C–H
|
(CH3)3C–H
|
Ikatan C–H tersier
|
96.5
|
404
|
4.187
|
Radikal tersier
terstabilkan
|
(CH3)2NCH2–H
|
Ikatan C–H α pada
amina
|
380.7
|
Heteroatom dengan
pasangan elektron sunyi-melemahkan ikatan C-H
|
||
(CH2)3OCH–H
|
Ikatan C–H α pada
eter
|
385.3
|
Heteroatom dengan
pasangan elektron sunyi-melemahkan ikatan C-H
THF cenderung membentuk hidroperoksida |
||
CH2CH–H
|
Ikatan C–H vinil
|
111
|
464
|
4.809
|
Radikal vinil
jarang
|
HC2–H
|
Ikatan C–H asetilenik
|
133
|
556
|
5.763
|
Radikal asetilenik
sangat jarang
|
C6H5–H
|
Ikatan C–H fenil
|
113
|
473
|
4.902
|
Dapat dibandingkan
dengan radikal vinil, jarang
|
CH2CHCH2–H
|
Ikatan C–H alilik
|
89
|
372
|
3.856
|
Ikatan tersebut
menunjukkan kenaikan reaktivitas
|
C6H5CH2–H
|
Ikatan C–H benzilik
|
90
|
377
|
3.907
|
Ikatan C–H akin
hingga alilik
Ikatan tersebut menunjukkan kenaikan reaktivitas |
H3C–CH3
|
Ikatan C–C alkana
|
83–85
|
347–356
|
3.596-3.690
|
Lebih lemah dari
ikatan C–H
|
H2C=CH2
|
Ikatan C=C alkena
|
146–151
|
611–632
|
6.333-6.550
|
Sekitar 2× lebih
kuat dari ikatan tunggal C–C
|
HC≡CH
|
Ikatan rangkap tiga
C≡C alkuna
|
200
|
837
|
8.675
|
Sekitar 2.5× lebih
kuat dari ikatan tunggal C–C
|
E. Konsep Asam dan Basa dalam kimia organik
Definisi, Ciri - Ciri dan Konsep Para Ahli Mengenai Asam Basa.
Pengertian asam dan basa dibagi menjadi tiga oleh para ahli kimia:
Menurut
Arrhennius
Menurut Arrhennius, asam adalah senyawa yang apabila dilarutkan dalam air akan melepaskan ion H+, sedangkan basa adalah senyawa yang apabila dilarutkan dalam air akan melepaskan ion OH-. Konsep ini hanya dapat diterapkan pada senyawa yang larut dalam air sehingga dikembangkan lagi konsep yang dapat digunakan untuk senyawa yang tidak larut dalam air. Contoh asam menurut Arrhennius
Dari definisi Arrhenius, asam dan basa masing - masing dibagi dua:
- Asam kuat, yaitu asam yang terdisosiasi sempurna di dalam air dan memiliki nilai derajat disosiasi = 1. Contoh asam kuat adalah HCl (Asam Klorida), HNO3 (Asam Nitrat / Asam Sendawa), H2SO4 (Asam Sulfat), HBr (Asam Bromida), HI (Asam Iodida), dan HClO4 (Asam Perklorat).
- Asam lemah, yaitu asam yang tidak terdisosiasi sempurna di dalam air dan memiliki nilai derajat disosiasi < 1. Contoh asam lemah adalah HNO2 (Asam Nitrit), CH3COOH (Asam Asetat / Asam Cuka), HCOOH (Asam Format / Asam Semut), H2C2O4 (Asam Oksalat), H2S (Asam Sulfida), H2SO3 (Asam Sulfit), dan masih banyak lagi.
- Basa kuat, yaitu basa yang terdisosiasi sempurna di dalam air dan memiliki nilai derajat disosiasi = 1. Contoh basa kuat adalah KOH (Kalium Hidroksida) dan NaOH (Natrium Hidroksida / Soda Kaustik).
- Basa lemah, yaitu basa yang tidak terdisosiasi sempurna di dalam air dan memiliki nilai derajat disosiasi < 1. Contoh basa lemah adalah Fe(OH)2 (Besi (II) Hidroksida), Fe(OH)3 (Besi (III) Hidroksida), Al(OH)3 (Alumunium Hidroksida) dan sebagainya.
Kelemahan
Konsep Arrhennius ialah, bahwa konsep ini hanya dapat digunakan pada zat - zat
yang memiliki ion H+ dan OH- saja, sedangkan zat - zat organik dan tidak larut
dalam air tidak dapat ditentukan sifat keasaman atau kebasaannya,
Menurut
Brownstead - Lowry
Menurut Brownstead – Lowry, asam adalah senyawa yang mendonorkan proton (H+) sedangkan basa adalah senyawa yang menerima donor proton (H+) dari asam. Konsep ini banyak digunakan dalam reaksi - reaksi senyawa organik karena cocok untuk senyawa yang tidak memiliki H+ dan OH- dan juga tidak larut dalam air.
Menurut Lewis
Menurut Lewis, asam adalah senyawa yang menerima pasangan elektron dari basa, sedangkan basa adalah senyawa yang mendonorkan pasangan elektron kepada asam. Konsep ini dikembangkan oleh Lewis berdasarkan struktur ikatan kimia, dimana setiap atom dapat membentuk ikatan kimia berdasarkan valensi yang dimilikinya. Valensi adalah jumlah ikatan maksimum yang dapat dibentuk oleh suatu atom.Contoh asam menurut Lewis adalah AlCl3 dan HCl sedangkan contoh basa menurut Lewis adalah NH3. Catatan : Konsep Lewis banyak diaplikasikan di dalam konsep Kimia Organik
Dalam konsep
asam dan basa, dikenal senyawa amfoter yaitu senyawa yang dapat bertindak
sebagai asam namun dapat juga bertindak sebagai basa. Contoh senyawa amfoter
adalah air (H2O), Asam Amino, Asam Borat (H3BO3), dan Alumunium Hidroksida
(Al(OH)3). Untuk mempelajari lebih lanjut baca juga postingan Senyawa Oksida Asam dan Oksida
Basa.
Sifat Asam
Dari uraian
mengenai asam yang telah dijelaskan di atas, sekarang kita akan membahas
mengenai sifat asam dilihat dari sifat fisika maupun sifat kimia.
Sifat Kimia Asam
Menurut penjelasan Arrhennius, jelas bahwa asam akan melepaskan kation Hidrogen (H+) jika terurai di dalam air, sedangkan menurut Brownstead - Lowry asam merupakan zat yang di dalam reaksinya akan mendonorkan proton (dalam hal ini akan mendonorkan kation). Sedangkan menurut Lewis, asam akan menerima pasangan elektron bebas yang diberikan oleh basa. Nah selain sifat - sifat di atas, asam juga dapat merubah warna lakmus biru menjadi merah dan merubah warna indikator pH seperti indikator PP dari merah (basa) menjadi tak berwarna (asam). Larutan asam apabila dicek menggunakan pH universal atau pH meter akan menunjukkan angka < 7, dimana semakin mendekati 0 maka konsentrasi dan kekuatan asam semakin kuat.
Sifat Fisika Asam
Ditinjau dari sifat fisika, asam memang terasa masam walaupun tidak semua asam dapat dicicipi. Semua asam - asam mineral bersifat korosif, yaitu mampu merusak dan dapat melarutkan permukaan logam dan lapisan kulit jika terkena kontak langsung. Inilah alasan mengapa asam akan menimbulkan sensasi tajam dan panas jika terkena kulit.
Sifat Basa
Sifat Kimia Basa
Bisa dibilang basa adalah kebalikan dari asam. Basa, menurut Arrhennius, adalah zat yang akan membebaskan anion Hidroksida (OH-) jika dilarutkan di dalam air. Sedangkan menurut Brownstead - Lowry, basa adalah zat yang akan menerima donor proton (H+) dari asam, dan menurut Lewis basa akan mendonorkan pasangan elektron bebas kepada asam. Basa dapat menetralkan asam membentuk garam dan air. Larutan basa dapat merubah warna lakmus merah menjadi biru dan dapat merubah warna indikator PP dari tak berwarna (asam) menjadi merah (basa).
Sifat Fisika Basa
Dilihat dari sifat fisikanya, basa memiliki rasa pahit walaupun basa tidak boleh dicicipi. Semua basa yang belum dibuat menjadi larutannya akan berbentuk padatan, kecuali NH4OH yang dari awal sudah berbentuk cairan. Jika kontak dengan kulit, basa akan terasa licin dan beberapa basa seperti NaOH dan KOH dapat menyebabkan iritasi dan gatal - gatal pada kulit. Basa juga sangat berbahaya bila kontak dengan selaput lendir seperti mata.
Menurut anda bgaimana sifat keelektronegatifan dalam satu golongan?
BalasHapussifat keelektronegatifan dalam suatu golongan ialah, bersifat relatif ( berupa harga perbandingan suatu atom terhadap atom yang lain). dalam suatu golongan, harga keelektronegatifan dari bawah keatas semakin besar.
HapusSaya ingin bertanya tolong anda jelaskan bagaimana cara pengisian suatu orbital?
BalasHapussekelompok orbital-orbital mempunyai label orbital yang sama, yakni memiliki nilai n dan l yang sama. sehigga tiga orbital 2p membentuk satu subkelopak, yang dapat menampung enam elektron. jumlah elektron yang dapat ditampung pada sebuah subkelopak berjumlah 2(2l+1) sehingga sub kelopak "s" dapat menampung 2 elektron, subkelopak "p" 6 elektron, subkelopak "d" 10 elektron dan subkelopak "f" 14 elektron.
HapusEmengapa asam bersifat korosif???
BalasHapusasam itukan phnya kurang dari 7 ( netral) sehingga bersifat korosif atau merusak. contohnya air hujan, jika terkena kepala kita dan tidak langsung mencuci kepala kita maka lama-kelamaan akan terasa pusing, karena air hujan tersebut bersifat korosif
HapusSaya ingin bertanya apakah penyebab dari keelektronegatifan dapat mempengaruhi panjang lintasan?
BalasHapusSaya ingin bertanya
BalasHapusMengapa semua asam asam mineral bersifat korosif...?
pertanyaan anda sama dengan pertanyaan diatas, tetapi saya akan menjelaskannya lagi. asam itukan phnya kurang dari 7 ( netral) sehingga bersifat korosif atau merusak. contohnya air hujan, jika terkena kepala kita dan tidak langsung mencuci kepala kita maka lama-kelamaan akan terasa pusing, karena air hujan tersebut bersifat korosif
HapusAtom-atom apa saja yang dapat membentuk ikatan kovalen?
BalasHapusatom yang dapat membentuk kovalen ialah atom C dan atom H yang memiliki beda keelektronegatifan 0,35 ( skala pauling).
HapusJelaskan yang dimaksud dengan asam kuat berbasa satu
BalasHapus